Pantai Pelabuhan Ratu, Penuh Mistis atau Penuh Pesona?
Pantai Pelabuhan Ratu, Penuh Mistis atau Penuh Pesona?
1345856982894098355
Cukup lelah perjalanan di lebaran hari kedua dengan rute Giri
Jaya-Cidahu, kupikir saatnya mencharge tenaga di hari ketiga ini. Tapi
ternyata, kenyataan berkata lain. Sore hari, (21/4/2017) sekitar pukul
17.00 WIB kami berangkat ke pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat
dan memutuskan untuk menginap semalam di sana.
Pantai pelabuhan Ratu mungkin dikenal oleh sebagian orang adalah pantai
yang mistis sekaligus penuh pesona. Mistis karena terkenalnya Nyi Roro
Kidul, Ratu Pantai Selatan yang suka warna Hijau. Ada salah satu hotel
di Pantai Pelabuhan Ratu, Samudera Beach Hotel, menyediakan khusus satu
kamar untuk Ratu pantai Selatan tersebut. Bahkan, karena kemistikannya
itu, banyak yang "mengamankan diri" dengan tidak menggunakan pakaian
berwarna hijau di sana. Hal itu dikarenakan warna hijau adalah warna
kesukaan Nyi Roro Kidul. Sehingga orang yang menggunakan baju hijau akan
tertarik ke laut dan hilang. Percaya?
Terlepas dengan cerita mistisnya, Pantai Pelabuhan Ratu adalah pantai
yang patut kita kunjungi. Ada dua jalan yang bisa kita lewati apabila
mau ke pantai ini. Lewat jalur alternatif Palimanan-Cikidang keluar di
Citepus sudah langsung Pelabuhan Ratu atau lewat jalan biasa yang ke
Pelabuhan Ratu.
Kalau lewat jalur alternatif memang lebih cepat tetapi tracknya
berkelok-kelok 70 derajat. Pemandangan yang disuguhkan pun adalah
pemandangan pegunungan dengan perkebunan teh dan kelapa sawit. Semakin
mendekati pantai pelabuhan, akan disuguhkan hutan lindung. Sejuk dan
menyegarkan mata. bahkan ada beberapa mobil yang sengaja berhenti untuk
sekedar menikmati pemandangan atau gelar tikar makan siang di situ.
Saran dariku jangan melewati jalur ini kalau belum mahir menyetir dan
pada malam hari, karena butuh ketelitian dan konsentrasi tinggi.
Kalau jalan biasa ke Pelabuhan Ratu memang lebih ramai. Tracknya pun
tidak sesulit jalur Palimanan-Cikidang. Akan tetapi wantu tempuhnya
lebih panjang dari jalur alternatif tersebut. Kalau kita suka banyak
minum dalam perjalanan akan lebih aman lewat jalan biasa karena lebih
ramai dan banyak pom bensin ataupun masjid-masjid di sekitar jalan
tersebut. Pemandangan yang disuguhkan tidak seindah jalur
Palimanan-Cikidang.
Sebelum memasuki pantai, kita diwajibkan untuk membayar biaya masuk
dengan rincian, pejalan kaki Rp 3000,-, motor Rp 8000,-, mobil sedan/jip
Rp 20.000,-, sedangkan mini bus dikenakan tarif Rp 30.000,-.
Sesampai di Pelabuhan Ratu, kami pun mencari tempat penginapan di daerah
Citepus. Sasaran utama kami adalah dekat pantai dan bersih. Karena
musim libur lebaran, penginapan pun penuh disewakan. Bahkan ada yang
tidur di gazebo atau pun membuat tenda di pinggir pantai. Kami bersyukur
karena kami masih bisa menemukan rumah yang bisa disewa untuk kami
sekedar tidur, makan daan bebersih. Harga sewa rumah yang di dalamnya
ada kamar mandi, dapur, satu kamar tidur, ruang tamu beserta TV? Rp
300.000,- per malam.
Sekitar pukul 22.00, aku, sepupu serta keponakan memutuskan untuk
berjalan-jalan di sekitar pantai. Sekedar ingin tahu suasana pantai
Pelabuhan Ratu pada malam hari. Anginnya yang berhembus cukup dingin
sehingga ku memutuskan untuk menggunakan jaket agar tidak terkena angin
laut.
Pantai Pelabuhan Ratu di pagi hari. Dok.pribadi
Suasana pantai yang cenderung remang-remang, hanya mendapat cahaya
sekedarnya dari warung-warung yang berjualan di pinggir pantai, ada
muda-mudi yang memadu kasih. Tetapi lebih banyak pula yang memanfaatkan
dengan bernyanyi-nyanyi ataupun berani memutuskan untuk bermain air di
pantai pada malam hari. Lampu-lampu kapal nelayan yang tampak di
kejauhan dan lampu mercusuar menjadi pesona Pantai malam itu.
Pagi harinya, setelah sholat subuh, pukul 05.30 WIB, kami langsung
keluar menikmati udara Pantai Pelabuhan yang nyaman. Tidak dingin dan
tidak panas. Karena posisi pantai ini di Selatan jadilah kita tidak bisa
menikmati matahari terbit. Akan tetapi tidak menyurutkan perasaan kami
untuk bermain di pantai. Air yang dingin tapi tidak berlebihan menjadi
mainan air kami saat itu.
Pantai Pelabuhan Ratu. Dok.pribadi
Lagi asyik-asyiknya bermain air di pantai, ada pemandangan yang
menyedihkan. Masih banyaknya orang-orang yang membuang sampah di laut,
membuat pantai sering meninggalkan jejak sampah di pantai. Tidak hanya
sampah plastik, tetapi juga sampah sterofoam kapal-kapalan yang
diterbangkan menggunakan benang pun kami temukan. Jadilah kita bermain
sambil membersihkan sampah dan menggulung benang. Padahal sudah
disediakan bolongan khusus untuk mengumpulkan sampah.
Bungkus makanan nyangkut di pasir pantai. Dok.pribadi
Air laut Pelabuhan Ratu yang bening dan menyegarkan membuat kami betah
lama-lama bermain air. Kalau ingin istirahat dulu setelah lelah bermain
air dan ingin berjalan-jalan di sekitar pinggir pantai, bisa menyewa
kuda dengan tarif Rp 20.000,- per jam.
Sewa kuda. Dok.pribadi
Atau ingin tantangan lebih lagi, bisa menyewa papan seluncur yang sudah
di sediakan. Tapi bentuk papan seluncurnya tidak seperyi papan seluncur
pada umumnya. Lebih seperti papan seluncur di Ancol untuk seluncuran di
perosotan yang menurun.
Lalu bagaimana cara bermainnya? Kita bermain mengikuti arus ombak yang
mengarah ke pantai.
Kalau baju kita terlanjur basah saking senangnya bermain di pantai tapi
tidak membawa baju ganti, ada warung-warung yang menjual baju-baju mulai
anak sampai dewasa dengan harga paling murah Rp 20.000,- .
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dhinidhini/pantai-pelabuhan-ratu-penuh-mistis-atau-penuh-pesona_5517275ea333111a06b65aa2